Sejarah Kota
Batu dari Masa ke Masa
Kota Batu mempunyai sejarah yang sangat panjang sebelum kondang
seperti yang sekarang. Jauh sebelum dikenal sebagai Kota Wisata, daerah
pemekaran dari Kabupaten Malang pada 2001 lalu itu melampaui proses dinamika
peradaban yang cukup panjang.hal itu terjadi karena topografi dan keadaan tanah
Kota Batu yang subur dan strategis sejak jaman prasejarah. Kota Batu merupakan
bagian dari Dataran Tinggi Malang yang terbentuk dari endapan lava yang
menjadi danau. Daerah Batu hingga Malang merupakan suatu cekungan dalam yang
terbentuk oleh apitan gunung dan pegunungan .Terkait dengan dinamika sejarah
Kota Batu, Dwi Cahyono dkk membagi kesejarahan Batu menjadi lima masa. Yakni,
masa prasejarah, masa Hindu-Budha, Penyebaran Islam, Masa Koloial dan Masa
Kemerdekaan. Masing-masing masa mempunyai landasan kuat sebagai penanda
peradaban.Dwi menandai peradaban masa prasejarah Kota Batu dengan tarikh
relatif (relative
dating) yang didasarkan temuan artefak. Masa prasejarah Kota Batu
ditandai dengan temuan artefak jaman Neolitik dan Megalitik. Artinya,
masyarakat Batu saat itu sudah menunjukkan peradaban yang maju denga cirri bercocok
tanam. Pada masa itu juga ditemukan artefak Batu Dakon yang berarti sudah
mengenal Pranata Mangsa atau aturan tentang musim. Selain
tradisi bercocok tanam, masyarakat Batu juga sudah mengenal dimensi spiritual
dengan adanya penemuan Menhir sebagai artefak pemujaan arwah nenek moyang.Lain
halnya dengan masa prasejarah, masa Hindu-Budha lebih
terang benderang. Itu karena sumber data berupa teks maupun artefak yang
ditemukan lebih lengkap, baik dari masa Kerajaan Kanyuruhan hingga Majapahit.
Aspek budaya Batu pada masa itu dibagi menjadi tiga pokok penting, yaitu
seni-keagamaan, organisasi-kemasyarakatan serta pencaharian dan peralatan hidup.Dalam
perkembangannya, pengaruh Hindu-Budha di Kota Batu semakin pudar. Posisinya
digantikan oleh Agama Islam yang dibawa Abu Ghonaim yang juga dikenal dengan
Mbah Batu alias Mbah Wastu. Abu Ghonaim yang merupakan teman seperjuangan
Pangeran Diponegoro memang berniat mengasingkan diri di tempat baru sembari
menyebarkan Islam. Dia dibantu oleh seorang muridnya yang bernama Bambang Selo
Utomo atau Gadung Melati dalam berdakwah. Pada masa ini, banyak dibuka lahan
pertanian oleh masyarakat pendatang.
Semakin Kondang Sejak Abad 18
Modernisasi Batu sebagai daerah baru mulai
tumbuh dan berkembang pada 1767. Hal itu berbarengan dengan masuknya VOC dalam
membuka lahan perkebunan di Batu. Di sisi lain, Perang Surapati atau Geger Suropaten turut memicu migras penduduk untuk mencari
tempat domisili baru yang lebih menjanjikan. Berbagai kompleks pemukiman banyak
dibangun untuk tempat kediaman meneer-meneer Belanda. Hingga kini pun beberapa
bangunan masih berdiri tegak sesuai aslinya.Kenyamanan Batu sebagai wilayah
hunian dan pertanian juga berlanjut pada masa kolonial Jepang. Hal itu
dibuktikan dengan banyaknya peninggalan bangunan gua bekas perlindungan tentara
Jepang.Dwi dalam buku tersebut juga menyebut masyarakat Batu mempunyai
karakteristik yang resisten terhadap budaya asing. Masa penjajahan yang
cenderung menekan masyarakat Batu justru tidak mengakibatkan tradisi dan budaya
Batu mati. Masyarakat Batu justru mengalami perkembangan dalam strukturnya,
antara lain, banyak berdiri organisasi pemuda, wanita hingga militer. Aktivitas
organisasi itu semua bermuara pada perlawanan dengan mengangkat senjata atas
penjajahan kolonial.
Modernisasi tersebut juga menempatkan masyarakat
Batu dalam pergolakan nasional mengangkat senjata. Sehari pascaproklamasi,
melalui siaran radio dan dikuatkan oleh kawat telegram, masyarakat Batu
berbondong-bondong melakukan perlawanan dengan melucuti senjata tentara Jepang.
Masyarakat Batu juga terlibat aktif melawan Agresi Militer Belanda. Semuanya
diceritakan ulang oleh Dwi dkk secara gamblang.Melalui buku tersebut, Dwi
merumuska kemajuan masyarakat Batu bisa dipupuk dari tiga prinsip. Antara lain,
prinsip produktif, lestari dan sejahtera. Ketiga prinsip tersebut dilakukan
untuk mewujudkan Batu agar memiliki solidaritas organik (Organic Solidarity), yaitu
kemajuan yang berlandaskan kerja keras, mencintai alam dan kemakmuran bersama.
Sayang, buku ini merupakan hasil kajian akademis sehingga pembaca kurang begitu
mengalir dalam meresapi nilai historis. Meski demikian, anda layak untuk
membaca buku ini.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar