”para  Enemy  My Friend Gue Aku

Kamis, 20 September 2012

Pariwisata indonesia


Pariwisata atau turisme adalah suatu perjalanan yang dilakukan untuk rekreasi atau liburan, dan juga persiapan yang dilakukan untuk aktivitas ini. Seorang wisatawan atau turis adalah seseorang yang melakukan perjalanan paling tidak sejauh 80 km (50 mil) dari rumahnya dengan tujuan rekreasi, merupakan definisi oleh Organisasi Pariwisata Dunia.Definisi yang lebih lengkap, turisme adalah industri jasa. Mereka menangani jasa mulai dari transportasi, jasa keramahan, tempat tinggal, makanan, minuman, dan jasa bersangkutan lainnya seperti bank, asuransi, keamanan, dll. Dan juga menawarkan tempat istrihat, budaya, pelarian, petualangan, dan pengalaman baru dan berbeda lainnya.Banyak negara, bergantung banyak dari industri pariwisata ini sebagai sumber pajak dan pendapatan untuk perusahaan yang menjual jasa kepada wisatawan. Oleh karena itu pengembangan industri pariwisata ini adalah salah satu strategi yang dipakai oleh Organisasi Non-Pemerintah untuk mempromosikan wilayah tertentu sebagai daerah wisata untuk meningkatkan perdagangan melalui penjualan barang dan jasa kepada orang non-lokal.Tentang Kepariwisataan, yang dimaksud dengan pariwisata adalah berbagai macam kegiatan wisata yang didukung oleh berbagai fasilitas serta layanan yang disediakan masyarakat, pengusaha, Pemerintah dan Pemerintah DaerahTransportasi adalah pemindahan manusia atau barang dari satu tempat ke tempat lainnya dengan menggunakan sebuah kendaraan yang digerakkan oleh manusia atau mesin. Transportasi digunakan untuk memudahkan manusia dalam melakukan aktivitas sehari-hari. Di negara maju, mereka biasanya menggunakan kereta bawah tanah (subway) dan taksi. Penduduk disana jarang yang mempunyai kendaraan pribadi karena mereka sebagian besar menggunakan angkutan umum sebagai transportasi mereka. Transportasi sendiri dibagi 3 yaitu, transportasi darat, laut, dan udara. Transportasi udara merupakan transportasi yang membutuhkan banyak uang untuk memakainya. Selain karena memiliki teknologi yang lebih canggih, transportasi udara merupakan alat transportasi tercepat dibandingkan dengan alat transportasi lainnya. Indonesia dikenal bangsa majemuk memiliki lebih dari empat ratus suku bangsa, karena Indonesia berada idi jalur silang antara dua samudra dan dua benua dengan jumlah pulau 17.504. Maka diperlukan pengembangan Sekolah & Pendidikan Pariwisata bagi Indonesia guna mengambil langkah demi pemgembangan potensi alam dan budaya Indonesia untuk pemanfaatan maksimal dan tepat guna bagi masyarakat.Demikian dikatakan Ketua Sekolah Tinggi Pariwisata {STP) Trisakti Djoko Sudibyo saat seminar Revitalisasi Bu-"daya Asli dalam Perubahan Paradigma Pembangunan Pariwisata Indonesia dan soft launching Festival Topeng Nusantara (FTN) 201.0 di Crowne Plaza Hotel, kemarin.Menurut Djoko, kekayaan seni budaya Indonesia idealnya dihargai dan dilestarikan oleh masyarakat. Dia mengingatkan. Indonesia kaya akan peninggalan budaya yang begitu dekat dengan masyarakat hingga tidak terjaga kelestariannya. Hal-ini, kata Djoko terjadi karena mengikuti perkembangan dari komunitas masyarakat.Direktur Tradisi Kementerian Kebudayaan dan Pariwisata  menuturkan, sektor pariwisata dinilai sangat penting. Bahkan, lanjutnya, lebih penting lagi masalah pemeliharaan kebudayaan,



Kamis, 06 September 2012



Sejarah Kota Batu dari Masa ke Masa

Sejarah Kota Batu dari Masa ke MasaKota Batu mempunyai sejarah yang sangat panjang sebelum kondang seperti yang sekarang. Jauh sebelum dikenal sebagai Kota Wisata, daerah pemekaran dari Kabupaten Malang pada 2001 lalu itu melampaui proses dinamika peradaban yang cukup panjang.hal itu terjadi karena topografi dan keadaan tanah Kota Batu yang subur dan strategis sejak jaman prasejarah. Kota Batu merupakan bagian dari Dataran Tinggi Malang yang terbentuk dari endapan lava yang menjadi danau. Daerah Batu hingga Malang merupakan suatu cekungan dalam yang terbentuk oleh apitan gunung dan pegunungan .Terkait dengan dinamika sejarah Kota Batu, Dwi Cahyono dkk membagi kesejarahan Batu menjadi lima masa. Yakni, masa prasejarah, masa Hindu-Budha, Penyebaran Islam, Masa Koloial dan Masa Kemerdekaan. Masing-masing masa mempunyai landasan kuat sebagai penanda peradaban.Dwi menandai peradaban masa prasejarah Kota Batu dengan tarikh relatif (relative dating) yang didasarkan temuan artefak. Masa prasejarah Kota Batu ditandai dengan temuan artefak jaman Neolitik dan Megalitik. Artinya, masyarakat Batu saat itu sudah menunjukkan peradaban yang maju denga cirri bercocok tanam. Pada masa itu juga ditemukan artefak Batu Dakon yang berarti sudah mengenal Pranata Mangsa atau aturan tentang musim. Selain tradisi bercocok tanam, masyarakat Batu juga sudah mengenal dimensi spiritual dengan adanya penemuan Menhir sebagai artefak pemujaan arwah nenek moyang.Lain halnya dengan masa prasejarah, masa Hindu-Budha lebih terang benderang. Itu karena sumber data berupa teks maupun artefak yang ditemukan lebih lengkap, baik dari masa Kerajaan Kanyuruhan hingga Majapahit. Aspek budaya Batu pada masa itu dibagi menjadi tiga pokok penting, yaitu seni-keagamaan, organisasi-kemasyarakatan serta pencaharian dan peralatan hidup.Dalam perkembangannya, pengaruh Hindu-Budha di Kota Batu semakin pudar. Posisinya digantikan oleh Agama Islam yang dibawa Abu Ghonaim yang juga dikenal dengan Mbah Batu alias Mbah Wastu. Abu Ghonaim yang merupakan teman seperjuangan Pangeran Diponegoro memang berniat mengasingkan diri di tempat baru sembari menyebarkan Islam. Dia dibantu oleh seorang muridnya yang bernama Bambang Selo Utomo atau Gadung Melati dalam berdakwah. Pada masa ini, banyak dibuka lahan pertanian oleh masyarakat pendatang.

Semakin Kondang Sejak Abad 18
Modernisasi Batu sebagai daerah baru mulai tumbuh dan berkembang pada 1767. Hal itu berbarengan dengan masuknya VOC dalam membuka lahan perkebunan di Batu. Di sisi lain, Perang Surapati atau Geger Suropaten turut memicu migras penduduk untuk mencari tempat domisili baru yang lebih menjanjikan. Berbagai kompleks pemukiman banyak dibangun untuk tempat kediaman meneer-meneer Belanda. Hingga kini pun beberapa bangunan masih berdiri tegak sesuai aslinya.Kenyamanan Batu sebagai wilayah hunian dan pertanian juga berlanjut pada masa kolonial Jepang. Hal itu dibuktikan dengan banyaknya peninggalan bangunan gua bekas perlindungan tentara Jepang.Dwi dalam buku tersebut juga menyebut masyarakat Batu mempunyai karakteristik yang resisten terhadap budaya asing. Masa penjajahan yang cenderung menekan masyarakat Batu justru tidak mengakibatkan tradisi dan budaya Batu mati. Masyarakat Batu justru mengalami perkembangan dalam strukturnya, antara lain, banyak berdiri organisasi pemuda, wanita hingga militer. Aktivitas organisasi itu semua bermuara pada perlawanan dengan mengangkat senjata atas penjajahan kolonial.
Modernisasi tersebut juga menempatkan masyarakat Batu dalam pergolakan nasional mengangkat senjata. Sehari pascaproklamasi, melalui siaran radio dan dikuatkan oleh kawat telegram, masyarakat Batu berbondong-bondong melakukan perlawanan dengan melucuti senjata tentara Jepang. Masyarakat Batu juga terlibat aktif melawan Agresi Militer Belanda. Semuanya diceritakan ulang oleh Dwi dkk secara gamblang.Melalui buku tersebut, Dwi merumuska kemajuan masyarakat Batu bisa dipupuk dari tiga prinsip. Antara lain, prinsip produktif, lestari dan sejahtera. Ketiga prinsip tersebut dilakukan untuk mewujudkan Batu agar memiliki solidaritas organik (Organic Solidarity), yaitu kemajuan yang berlandaskan kerja keras, mencintai alam dan kemakmuran bersama. Sayang, buku ini merupakan hasil kajian akademis sehingga pembaca kurang begitu mengalir dalam meresapi nilai historis. Meski demikian, anda layak untuk membaca buku ini.