Pariwisata atau turisme adalah suatu perjalanan yang dilakukan untuk
rekreasi
atau liburan,
dan juga persiapan yang dilakukan untuk aktivitas ini. Seorang wisatawan
atau turis adalah seseorang yang melakukan perjalanan paling tidak
sejauh 80 km (50 mil) dari rumahnya dengan tujuan rekreasi, merupakan definisi
oleh Organisasi Pariwisata Dunia.Definisi
yang lebih lengkap, turisme adalah industri
jasa. Mereka menangani jasa mulai dari transportasi,
jasa keramahan, tempat
tinggal, makanan,
minuman, dan
jasa bersangkutan lainnya seperti bank, asuransi, keamanan, dll. Dan juga menawarkan tempat istrihat, budaya,
pelarian, petualangan, dan pengalaman baru dan berbeda lainnya.Banyak negara,
bergantung banyak dari industri pariwisata ini sebagai sumber pajak dan
pendapatan untuk perusahaan yang menjual jasa kepada wisatawan. Oleh karena itu
pengembangan industri pariwisata ini adalah salah satu strategi yang dipakai
oleh Organisasi
Non-Pemerintah untuk mempromosikan wilayah tertentu sebagai daerah wisata
untuk meningkatkan perdagangan melalui penjualan barang dan jasa kepada orang
non-lokal.Tentang Kepariwisataan, yang dimaksud dengan pariwisata adalah
berbagai macam kegiatan wisata yang didukung oleh berbagai fasilitas serta
layanan yang disediakan masyarakat, pengusaha, Pemerintah dan Pemerintah DaerahTransportasi
adalah pemindahan manusia atau barang dari satu tempat ke tempat lainnya dengan
menggunakan sebuah kendaraan yang digerakkan oleh manusia atau mesin. Transportasi
digunakan untuk memudahkan manusia dalam melakukan aktivitas sehari-hari. Di
negara maju, mereka biasanya menggunakan kereta bawah tanah (subway) dan taksi.
Penduduk disana jarang yang mempunyai kendaraan pribadi karena mereka sebagian
besar menggunakan angkutan umum sebagai transportasi mereka. Transportasi
sendiri dibagi 3 yaitu, transportasi darat, laut, dan udara. Transportasi udara
merupakan transportasi yang membutuhkan banyak uang untuk memakainya. Selain
karena memiliki teknologi yang lebih canggih, transportasi udara merupakan alat
transportasi tercepat dibandingkan dengan alat transportasi lainnya. Indonesia dikenal bangsa majemuk
memiliki lebih dari empat ratus suku bangsa, karena Indonesia berada idi jalur
silang antara dua samudra dan dua benua dengan jumlah pulau 17.504. Maka
diperlukan pengembangan Sekolah
& Pendidikan Pariwisata bagi Indonesia guna mengambil langkah demi
pemgembangan potensi alam dan budaya Indonesia untuk pemanfaatan maksimal dan
tepat guna bagi masyarakat.Demikian dikatakan Ketua Sekolah Tinggi Pariwisata
{STP) Trisakti Djoko Sudibyo saat seminar Revitalisasi Bu-"daya Asli dalam
Perubahan Paradigma Pembangunan Pariwisata Indonesia dan soft launching
Festival Topeng Nusantara (FTN) 201.0 di Crowne Plaza Hotel, kemarin.Menurut
Djoko, kekayaan seni budaya Indonesia idealnya dihargai dan dilestarikan oleh
masyarakat. Dia mengingatkan. Indonesia kaya akan peninggalan budaya yang
begitu dekat dengan masyarakat hingga tidak terjaga kelestariannya. Hal-ini,
kata Djoko terjadi karena mengikuti perkembangan dari komunitas masyarakat.Direktur
Tradisi Kementerian Kebudayaan dan Pariwisata menuturkan, sektor
pariwisata dinilai sangat penting. Bahkan, lanjutnya, lebih penting lagi
masalah pemeliharaan kebudayaan,
Kamis, 20 September 2012
Kamis, 06 September 2012
Sejarah Kota
Batu dari Masa ke Masa
Kota Batu mempunyai sejarah yang sangat panjang sebelum kondang
seperti yang sekarang. Jauh sebelum dikenal sebagai Kota Wisata, daerah
pemekaran dari Kabupaten Malang pada 2001 lalu itu melampaui proses dinamika
peradaban yang cukup panjang.hal itu terjadi karena topografi dan keadaan tanah
Kota Batu yang subur dan strategis sejak jaman prasejarah. Kota Batu merupakan
bagian dari Dataran Tinggi Malang yang terbentuk dari endapan lava yang
menjadi danau. Daerah Batu hingga Malang merupakan suatu cekungan dalam yang
terbentuk oleh apitan gunung dan pegunungan .Terkait dengan dinamika sejarah
Kota Batu, Dwi Cahyono dkk membagi kesejarahan Batu menjadi lima masa. Yakni,
masa prasejarah, masa Hindu-Budha, Penyebaran Islam, Masa Koloial dan Masa
Kemerdekaan. Masing-masing masa mempunyai landasan kuat sebagai penanda
peradaban.Dwi menandai peradaban masa prasejarah Kota Batu dengan tarikh
relatif (relative
dating) yang didasarkan temuan artefak. Masa prasejarah Kota Batu
ditandai dengan temuan artefak jaman Neolitik dan Megalitik. Artinya,
masyarakat Batu saat itu sudah menunjukkan peradaban yang maju denga cirri bercocok
tanam. Pada masa itu juga ditemukan artefak Batu Dakon yang berarti sudah
mengenal Pranata Mangsa atau aturan tentang musim. Selain
tradisi bercocok tanam, masyarakat Batu juga sudah mengenal dimensi spiritual
dengan adanya penemuan Menhir sebagai artefak pemujaan arwah nenek moyang.Lain
halnya dengan masa prasejarah, masa Hindu-Budha lebih
terang benderang. Itu karena sumber data berupa teks maupun artefak yang
ditemukan lebih lengkap, baik dari masa Kerajaan Kanyuruhan hingga Majapahit.
Aspek budaya Batu pada masa itu dibagi menjadi tiga pokok penting, yaitu
seni-keagamaan, organisasi-kemasyarakatan serta pencaharian dan peralatan hidup.Dalam
perkembangannya, pengaruh Hindu-Budha di Kota Batu semakin pudar. Posisinya
digantikan oleh Agama Islam yang dibawa Abu Ghonaim yang juga dikenal dengan
Mbah Batu alias Mbah Wastu. Abu Ghonaim yang merupakan teman seperjuangan
Pangeran Diponegoro memang berniat mengasingkan diri di tempat baru sembari
menyebarkan Islam. Dia dibantu oleh seorang muridnya yang bernama Bambang Selo
Utomo atau Gadung Melati dalam berdakwah. Pada masa ini, banyak dibuka lahan
pertanian oleh masyarakat pendatang.
Semakin Kondang Sejak Abad 18
Modernisasi Batu sebagai daerah baru mulai
tumbuh dan berkembang pada 1767. Hal itu berbarengan dengan masuknya VOC dalam
membuka lahan perkebunan di Batu. Di sisi lain, Perang Surapati atau Geger Suropaten turut memicu migras penduduk untuk mencari
tempat domisili baru yang lebih menjanjikan. Berbagai kompleks pemukiman banyak
dibangun untuk tempat kediaman meneer-meneer Belanda. Hingga kini pun beberapa
bangunan masih berdiri tegak sesuai aslinya.Kenyamanan Batu sebagai wilayah
hunian dan pertanian juga berlanjut pada masa kolonial Jepang. Hal itu
dibuktikan dengan banyaknya peninggalan bangunan gua bekas perlindungan tentara
Jepang.Dwi dalam buku tersebut juga menyebut masyarakat Batu mempunyai
karakteristik yang resisten terhadap budaya asing. Masa penjajahan yang
cenderung menekan masyarakat Batu justru tidak mengakibatkan tradisi dan budaya
Batu mati. Masyarakat Batu justru mengalami perkembangan dalam strukturnya,
antara lain, banyak berdiri organisasi pemuda, wanita hingga militer. Aktivitas
organisasi itu semua bermuara pada perlawanan dengan mengangkat senjata atas
penjajahan kolonial.
Modernisasi tersebut juga menempatkan masyarakat
Batu dalam pergolakan nasional mengangkat senjata. Sehari pascaproklamasi,
melalui siaran radio dan dikuatkan oleh kawat telegram, masyarakat Batu
berbondong-bondong melakukan perlawanan dengan melucuti senjata tentara Jepang.
Masyarakat Batu juga terlibat aktif melawan Agresi Militer Belanda. Semuanya
diceritakan ulang oleh Dwi dkk secara gamblang.Melalui buku tersebut, Dwi
merumuska kemajuan masyarakat Batu bisa dipupuk dari tiga prinsip. Antara lain,
prinsip produktif, lestari dan sejahtera. Ketiga prinsip tersebut dilakukan
untuk mewujudkan Batu agar memiliki solidaritas organik (Organic Solidarity), yaitu
kemajuan yang berlandaskan kerja keras, mencintai alam dan kemakmuran bersama.
Sayang, buku ini merupakan hasil kajian akademis sehingga pembaca kurang begitu
mengalir dalam meresapi nilai historis. Meski demikian, anda layak untuk
membaca buku ini.
Langganan:
Postingan (Atom)